About Me

My photo
a public relation student at one of the best university in Indonesia and a fanatic fan of her mom!

Tuesday, November 29, 2011

Hidup tanpa rokok. Dimulai dari DIRI SENDIRI!

Sekarang, kemana pun kita pergi, dimana pun kita berada, kita pasti berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang dengan gumpalan asap yang berasal dari lintingan tembakau yang mereka. Di sekitar kita, di kampus, di halte, di warung, mall, bahkan hotel mewah sekali pun menyediakan ruang khusus merokok. Ruang tersebut dibuat untuk membatasi atau mengontrol perokok aktif agar aktifitas mereka tidak mengganggu kenyaman orang lain yang tidak merokok. 

Tetapi menurut saya, keadaan tersebut seolah memberitahu kita bahwa rokok sudah menjadi konsumsi pokok bagi sebagian besar orang di ibukota ini. Jadi, membuat ruang khusus untuk merokok bukan cara yang terbaik untuk mengurangi aktifitas merokok, tapi malah mempermudah akses merokok untuk setiap orang bukan hanya perokok aktif. 

“Jika anda ingin merokok, silahkan ke ruang khusus yang telah kami sediakan.” Hmmm, kira – kira seperti itu lah makna non verbal yang disampaikan pengelola ruang publik yang bersangkutan.
Jadi, tidak hanya perokok aktif yang leluasa untuk melanjutkan kebiasaan mereka tersebut. Orang yang tidak terbiasa merokok pun, seperti murid – murid sekolah menengah atau mahasiswa juga ibu – ibu arisan jika ingin merokok atau mencoba, disediakan ruang khusus. 

Hal – hal seperti itulah yang memicu tingkat perokok aktif di negeri ini kawan!!! 

Tahu kan warung kopi yang biasa jadi tempat nongkrong kaum urban di mall – mall besar? Ya, warung kopi yang terkenal bukan hanya karena cita rasanya tetapi juga karena harganya yang hits, Starbucks atau Coffee Bean juga menyediakan ruang terbuka bagi para pelanggannya yang mau ngopi sambil merokok. 

Faktanya jelas terlihat, bahkan langsung di tempat! Mereka yang berseragam sekolah, mahasiswa, dan ibu – ibu arisan yang tengah berkumpul tak jarang terlihat memilih duduk di ruang terbuka tersebut untuk melakukan aktifitas mereka sambil ngopi dan menikmati tembakau yang mereka kepit dengan jari manis dan tengah.
Ini Indonesia! Kita tidak memiliki budaya mengisap tembakau seperti di atas, apalagi sampai dianut oleh kaum pelajar dan ibu rumah tangga. Di sebagian daerah, merokok malah masih dianggap sebagai kegiatan tabu. Karena dulu yang mengisap tembakau adalah orang tua atau jompo dan kebanyakan lelaki. 

Sekarang, merokok seperti bagian dari gaya hidup kaum urban di Indonesia. Produksi rokok semakin meningkat, sehingga produk rokok pun semakin beragam, seolah setiap jenisnya menggambarkan  kelas – kelas tertentu. 

Sekali lagi, merokok bukan budaya. Kebiasaan buruk ini diciptakan atau dibentuk oleh para produsen dan marketing perusahaan – perusahaan rokok dalam hal ini Indonesia, juga pemerintah. Kenapa? Karena pemerintah gagal mengontrol produksi dan distribusi rokok di Indonesia. Peraturan mengenai rokok itu sendiri tidak cukup mengikat produsen, distributor dan konsumennya. Perusahaan rokok seolah bebas menebar iklan mereka dimana saja, mensponsori berbagai acara, termasuk kesehatan dan pendidikan yang jelas memiliki esensi berbeda dengan rokok. Mungkin karena kontribusi pajak mereka yang besar dan sebagainya, yang jelas pemerintah kurang tegas dalam hal ini.

Jadi, merokok sepenuhnya menjadi pilihan kita, kita ingin merokok ya karena kemauan dan kesadaran kita. Informasi akan bahaya mengkonsumsi rokok jelas terpampang di setiap iklan dan bungkusnya. Tergantung kita, ingin mengabaikan peringatan tersebut atau malah tidak ambil pusing dan sebagainya, yang jelas kita juga sadar kalau kebiasaan tersebut berdampak buruk.

Produksi dan distribusi rokok jelas tidak bisa disalahkan penuh. Perusahaan – perusahaan rokok akan terus memproduksi dan mendistribusi rokok dengan gencar jika kita sendiri selaku konsumen dan calon konsumennya tidak bisa menahan dan membatasi diri untuk merokok. Pemerintah sudah tidak bisa diandalkan dalam hal ini. 

Ayo perangi rokok mulai dari DIRI SENDIRI! Hidup sehat tanpa hisapan dan asap rokok! \m/

No comments:

Post a Comment